Pages

25 Desember 2017

Serunya Menjadi Pebisnis! #1

5 Comments


-foto dagangan-



Holla!


Adakah pelaku bisnis online disini? Coba ngacung, saya mau cari bolo :D
Saya awalnya juga gak tahu kenapa bisa kecemplung dan ketagihan dengan 'mainan' baru ini. Sama sekali gak punya ilmu, skill, ataupun pengalaman. Berbekal modal nekat karena waktu kuliah merasa uang kiriman orang tua kurang, ada peluang kecil dari tawaran tante mas pacar (waktu kuliah masih pacar, kalau sekarang suami dooongs) jualan, akhirnya berani nyobain. Coba pasang di Facebook. Waktu itu masih belum banyak online shop, jadi pesaing dikit. Teman-teman dekat banyak yang tertarik, akhirnya ada satu-dua pembeli. Eh makin kesini kok makin asyik, hehe.

Apa asyiknya, sih? Banyak! Pertama, selaku pebisnis online harus pintar buat deskripsi yang menarik. Nah, karena saya hobi nulis, jadi menulis deskripsi menarik dan panjang itu adalah kegiatan yang seru. Kalimat satu-dua mengalir begitu saja berdasarkan hasil testimoni customer yang sudah nyobain. Hanya berbekal testimoni. Pernah buntu? Pernah dan sering. Tapi kembali lagi kepada niat kalau bikin deskripsi itu harus semenarik mungkin. Kecenderungan calon pembeli pasti akan membaca deskripsi sedetail-detailnya terhadap suatu produk yang ingin dia beli.

Kedua, selaku pebisnis online harus memperluas jaringan pertemanan mereka. Jadi waktu awal kali merintis, saya add semua teman yang jadi target pasar. Karena bisnis saya dibidang kecantikan, jadi yang saya add adalah teman perempuan yang kelihatan suka dandan dan merawat diri. Pilih-pilih teman seperti itu susah-susah gampang. Saya harus memelototi list teman di salah satu teman, bergilir ke teman lainnya. Kadang sampai seharian buat seperti itu. Untung kalau mereka mau menerima permintaan pertemanan. Kalau tidak ya harus legowo, hehe.

Ketiga, pebisnis online tidak punya waktu yang kaku untuk mencari uang. Memang tidak kaku, tapi terkadang waktunya bisa melebihi 24 jam. Pernah suatu ketika ada calon customer yang chat malam-malam cuma mau tanya jual sabun apa saja. Padahal di postingan sudah dituliskan detail dan terperinci. Nah ini dia. Ilmu tambahan yang harus dipelajari otodidak adalah mencoba mempelajari sifat customer. Untungnya di media sosial ini disediakan banyak emoji. Jadi semarah apapun tidak akan kelihatan ^^

Keempat, pebisnis online harus bisa mengatur cash flow pendapatan mereka. Sebisa mungkin walaupun pendapatan sedikit, harus bisa stok sabun dan sedekah. Saya bukan tipe wanita yang pintar berhitung, apalagi soal duit haha. Tapi beruntungnya saya hidup dijaman canggih dimana kalkulator diciptakan. Yang penting catatan harus ada. Jadi bisa menghitung untung-rugi yang didapat.

Kelima, pebisnis online harus bisa merencanakan mau dibawa kemana bisnis mereka. Harus ada timeline-nya, harus ada list apa yang harus dikerjakan. Dulu waktu kuliah ngerjainnya yaaaa semengalirnya aja. Posting produk, ada yang beli, terus ditanya feedback-nya, kalau feedback-nya bagus diupload, kalau enggak ya biarin aja. Hahaha. Makin kesini, saya makin tahu kalau pebisnis harus punya list to do yang harus dikerjakan. Daaaan juga service customer yang perlu ditingkatkan. Jadi kalau ternyata customer yang tidak cocok dengan sabun yang dia beli, coba dijelaskan dengan baik kenapa seperti itu dan ditawarkan produk lain yang mungkin cocok untuk dia. Pokoknya layani dengan baik, buat dia nyaman. Kalau kita bisa menjelaskan baik-baik, dia percaya dan nurut, lalu feedback-nya baik, customer tidak akan lari ke yang lain :)

Itu sih menurut saya letak dimana asyiknya berbisnis online. Masih banyak banget sebenarnya ilmu yang harus dipelajari otodidak dan 'kagetan' selama hampir empat tahun merintis bisnis ini. Bersyukur banget di era yang begini, makin banyak pesaing tapi makin banyak juga yang sharing ilmu bisnis mereka secara gratis tanpa perlu mengeluarkan uang *duh Laras orangnya perhitungan banget ya haha.

Sampai sekarang saya masih terus upgrade ilmu. Kapanpun dan dimanapun. Media sosial harus benar-benar dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai media untuk mencari uang dan mencari ilmu. Sudah gak jamannya nyampah di media sosial :)


Well, sekian dulu sharing dari saya. Niatnya tadi mau sharing dikit aja, tapi kenapa jadi panjang gini ya? Hehehe semoga tulisan ini bisa menginspirasi siapapun yang membacanya. Kalau ada yang mau ditanyakan, silahkan drop di kolom komen dibawah. Kalau bisa saya jawab, saya jawab. Kalau enggak bisa, maafkan yaaa. Saya juga masih pemula dan belum expert soal ini. Bolehlah kapan-kapan *entah kapan* para beginner online shop buat grup buat belajar sama-sama. Sepertinya seru! :)

22 Desember 2017

Arti Hari Ibu Untuk Anak Broken Home

0 Comments

22 Desember 2017. 

Aktifitas pertama yang saya lakukan setelah bangun tidur adalah membuka semua sosmed. Bergiliran. Harapannya pedagang online seperti saya adalah menemukan notifikasi calon customer yang kecantol dengan postingan yang saya buat. Nyatanya saya malah tertegun melihat beranda sosmed hari ini. Semua orang upload foto dirinya dengan ibunya. Dengan caption manis dan tambahan "I Love You, Ibu". SEMUANYA. Entah itu di Instagram, Facebook, bahkan jejaring chat pribadi seperti Whatsapp.

Rasanya ada luka lama yang mengalir dan memenuhi kedua kelopak mata saya. Sedih.

Keluarga saya memang tidak sempurna dan tidak lengkap. Orang tua saya bercerai sewaktu saya kuliah. Berkali-kali saya katakan pada pikiran dan hati, ini takdir. Apapun alasannya, ini takdir. Semua hal yang ditahan terlalu lama memang tidak baik, kan? Ya, ini benar. Positif dan negatif dari keputusan yang diambil harus diterima oleh kami. Meskipun sampai bertahun-tahun luka dari pelajaran berharga ini masih membekas.

Saya dan adik lebih dekat dengan bapak. Bapak bagaikan ayah dan ibu bagi kami --walaupun ada ibu 'asli' di keluarga kami. Bapak memberikan segalanya untuk kami, mengalahkan apa yang dilakukan ibu. Dan semenjak perceraian itu terjadi, kami berdua semakin dekat dengan bapak.

Saya dan adik tidak dekat dengan ibu. Bahkan sampai umur saya 25 tahun, saya tidak pernah sepaham dengan keinginan ibu. Kejadian itu memang sudah lampau, tetapi ingatan menyakitkan itu masih membekas diingatan saya. Bukan, bukan dendam. Berkali-kali saya memberitahu otak dan mendoktrin hati untuk memaafkan apa yang telah terjadi. Memang sudah dimaafkan, bahkan lupa. Namun suatu waktu kejadian itu muncul lagi dalam kisah baru, membuat saya selalu mengingatnya lagi.

Malam ini pikiran saya kembali berkecamuk. Inginnya ikut netizen yang juga upload foto dengan ibunya di Hari Ibu ini. Tapi, sisi hati saya yang lain tidak setuju jika saya melakukan pencitraan. Akhirnya saya cuma bisa nulis apa yang menjadi gelo disini :')


***
Maafkan saya, bu, yang tidak bisa seperti anak lain yang romantis pada ibunya hari ini. Hanya doa yang bisa saya panjatkan hari ini. Berbahagialah dengan keputusanmu.

12 Desember 2017

Being BIG Sister

2 Comments

Saya anak pertama dari empat bersaudara. Dulu, saya anak pertama dari dua bersaudara. Dikarenakan bapak saya menikah lagi, selang gak lama lahirlah adik-adik kecil yang lucu. Adik kedua namanya Putri. Umurnya sekitar 2 tahun lebih. Juni tahun depan ia berumur 3 tahun. Adik ketiga namanya Taufik. Umurnya sekitar satu tahun lebih. Maret nanti ia berumur 2 tahun. Selisih umur diantara mereka cuma 10 bulan. Masih kecil-kecil. Masih suka bereksplorasi sana dan sini yang suka bikin serumah ramai. Yang satu susah diatur karena rasa penasarannya.. Yang satunya lagi suka tiru-tiru kakaknya. Jadi hampir 24 jam saya ngemong mereka disela ibu mereka mengurus beberapa perintilan pekerjaan rumah dan pekerjaannya. 

Bisa dibilang ini real life magang saya sebelum jadi ibu. Meskipun saya gak turut campur soal mandikan dan mengganti popok adik-adik saya, tetapi yang namanya meladeni mereka itu juga butuh belajar. Kadang si Putri minta dinyanyikan lagu Happy Birthday, si adik enggak suka. Jadinya teriak-teriak "Emooooh emooooh". Kalau saya nerusin nyanyi, si adik bisa terus-terusan teriak seperti itu. Kalau si adik enggak diperhatikan, si adik pasti merasa sedih karena merasa gak didengarkan. Saat seperti ini benar-benar menguji kesabaran saya.

Banyak hal kecil yang mengundang mereka bertengkar. Mulai dari rebutan mainan, rebutan makanan, bahkan soal cari perhatian seperti tadi yang saya jelaskan. Padahal sudah dari beberapa waktu lalu saya mengajarkan mereka soal berbagi. Tetapi yang namanya anak kecil mana tahu menahu soal itu kalau sudah maunya. Sering saya marah kepada mereka. Sering juga saya memukul atau mencubit kalau mereka tidak mau mendengar penjelasan saya. Sedih sih, maunya gak main tangan. Tapi namanya masih labil, jadi belum bisa sabar menghadapi 'cobaan' seperti itu. Saya mukul atau nyubitnya juga gak banter-banter. Seperti nyubit gemes, gitu, tapi dengan ekspresi marah. Mereka berdua aja yang lebay sampai nangis kejer-kejer saya begituin, haha.

Serius susah punya anak itu. Pengalaman ngemong anak dua dengan jarak 10 bulan seperti ini kadang bisa bikin saya stress. Apalagi ketambahan suami yang gak pulang-pulang. Huaaa berasa streeeesss banget T___T
Maunya nih saya menerapkan sistem parenting seperti yang diajarkan beberapa mommy-mommy muda yang saya ikutin Instagramnya. Tapi susah banget. Ada beberapa alasan dari hasil analisis saya: Yang pertama, lingkungan gak mendukung. Saya ingin adik saya bukan seperti anak kecil lainnya yang sudah kecanduan gadget. Pada saat saya mencoba menerapkan disiplin anti gadget kalau didekat mereka, eh ibunya gak bisa jauh-jauh dari handphone karena pekerjaannya yang tiap saat harus menerima orderan lewat handphone. Yang kedua, tidak 1 visi. Jadi misal saya dan bapak berusaha untuk tidak berbohong kalau ngomong dengan si adik-adik. Apapun kondisinya. Namun di satu kondisi, pada saat kedua anak ini rebutan ingin digendong bapaknya dan salah satu gak mau ngalah, si nenek tiba-tiba datang dan bilang "ayo ikut mbah, ada odong-odong di depan". Padahal gak ada odong-odong lewat depan rumah. Case seperti ini bisa buat anak tidak percaya kepada keluarganya karena dibohongi. Oke, mungkin ini namanya perbedaan parenting zaman now dan parenting zaman old.

Dari pengalaman bapak saya ini..... Saya bisa menarik kesimpulan bahwa mengatur jarak pada anak itu perlu! Iyes, betul. Bisa prepare mental, bisa siapin dananya, dan yang pasti bisa mengatur prioritas. Entah ya, di posisi bapak saya sendiri seperti apa yang dirasakan karena saya dan adik saya pertama juga jarak umurnya 13 bulan. Tapi kalau saya sendiri menghadapi dua krucil seperti itu sudah sangat melelahkan.


Being BIG sister is not easy.. 

9 Desember 2017

Teh dan Kamu

0 Comments


pict by pinterest



Dulu, waktu ini adalah yang kita nanti

Memojok dalam ruangan, sedekap dalam hangat,
Bersama teh yang baru aku buat

Ceritanya kita membaca drama,
Tak ayal televisi yang iri melihat kita
Asyik memperhatikan satu sama lain
Memandang dalam pahala
Bergandengan tangan tanpa bosan
Hingga teh menjadi dingin

Tetap kamu yang terfavorit
Walau tujuh tahun mengenalmu tiada akhir
Teh dan Kamu dalam detik yang sama,
Hati tetap merindukan wangi dan peluh yang sama: Kamu